Sabtu, 26 Februari 2011

Broken Windows




Broken Window adalah sebuah teori yang dikembangkan oleh Kepala Kepolisian New York ketika masih dipimpin Rudy Giuliani.

Intinya seperti ini: Kalau ada sebuah rumah yang kacanya pecah, harus diganti oleh pemiliknya dalam waktu maksimal 1 minggu. Kalau tidak diganti, kena denda oleh pemerintah kota.

Kenapa seperti itu?

Karena menurut riset, pelanggaran kecil yang diterlantarkan akan mengarah kepada pelanggaran besar.

Menurut teori ini, kalau ada seseorang (begundal terutama) lewat sebuah rumah yang kacanya pecah dan minggu depan dia lewat rumah yang sama ternyata kacanya masih pecah, maka dia akan berasumsi tidak ada keteraturan di rumah itu. Kemungkinan rumahnya kosong.

Maka anak itu akan vandal dengan milox tembok rumah tersebut.

Begundal lain lewat dan selama 1 minggu dia lihat rumah yang sama kacanya pecah dan ada pilox....maka dia merasa tidak ada keteraturan di daerah tersebut. Maka daerah itu akan dia jadikan tempat tukang ngelap kaca mobil di lampu merah daerah situ.

Begundal lain yang lebih tinggi kelasnya lewat dam melihat selama seminggu ada kaca rumah yang pecah, pilox dan tukang lap kaca mobil. Dia akan merasa tidak ada hukum dan keteraturan di daerah tersebut. Maka lahirnya "kapak merah" di daerah tersebut.

Jadi semua hal itu terkaitan satu sama lain. Bahwa sekumpulan hal kecil akan menjadi sesuatu yang besar.

Kepolisian New York mengangkut semua tukang lap kaca mobil, memaksa pemilik rumah ngecat tembok dan benerin kaca. Selama masa kepemimpinan Rudy Giulianni untuk pertama kalinya dalan sejarah New York angka kejahatan turun drastis.

Senin, 14 Februari 2011

Tetap Bersatu

Kejadian tanggal 7 Februari 2011 di Temanggung mungkin masih teringat jelas dipikiran kita,saat terjadi 2 pembakaran freja
atau
Kejadian tanggal 6 Februari 2011 di Banten saat 3 orang jemmah Ahmadiyah tewas karena amukan massa.
Mungkin kita tanya......dimanakah Pancasila, yang katanya ngebuat Indonesia bersatu?????

Berikut ini gw mau nulis kalo Pancasila tetap sukses dalam kehidupan sehari-hari kita.

PANCASILA

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA

Indonesia adalah negara ketuhanan, negara beragama, tapi bukan negara SATU agama saja. Sebagai negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia, ajaib sekali bahwa Indonesia tetap mengakui dan menerima perbedaan dan tidak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam.

Gandhi, pasca kemerdekaan dari Inggris berharap bahwa India tetap bersatu. Baik yang Hindu sebagai mayoritas, maupun Islam yang minoritas. Berhasilkan Gandhi? Tidak, yang Islam akhirnya keluar dari India membentuk Pakistan.

Hari ini, banyak hasutan soal sweeping gereja, gosip Islamisasi, Kristenisasi, dan lain lain .. berita tersebut menghiasi TV dan koran. Pertanyaanya, berhasilkan usaha pemecahan itu? Apakah Indonesia kini terpecah? Apakah Indonesia jadi negara agama?

TIDAK

Itu terjadi karena mayoritas bangsa Indonesia menghargai keragaman.

Terbukti, SILA PERTAMA masih kita jaga

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Lihat negara tetangga kita Malaysia yang (sungguh sangat aneh) dianggap banyak orang lebih maju dari pada kita.

Di negara itu, Undang-Undangnya di desain untuk menguntungkan yang pribumi. Suku minoritas seperti keturunan India dan keturunan Tionghoa, non muslim tidak akan pernah dapat posisi/ jabatan strategis.

Adilkah itu?

Di China, anak anak perempuan cenderung tidak disukai, karena tidak bisa banyak berdikari dibandingkan laki laki.

Sementara, pemerintah China hanya membolehkan sebuah keluarga memiliki anak 1. Terutama yang suku Han (mayoritas). Jadi, ketika seorang perempuan mengandung dan ternyata ketauan anaknya perempuan, pemerinta menyediakan jasa aborsi. Legal. dan (ini yang gila) GRATIS. Begitu dimudahkan membunuh bayi dalam perut seorang Ibu. Gosip tentang makan daging bayi juga benar adanya (karena waktu saya ke Shanghai dibenarkan oleh teman teman disana) Pemerinta tahu, tapi pura-pura tidak tahu.

Beradabkah itu?

Pertanyaan selanjutnya, apakah Indonesia seperti diatas?

Tidak.

Dalam banyak hal, kita masih lebih adil dan jauh lebih beradab daripada negara negara lain.

Tentu, kita belum mendapatkan keadilan yang sempurna, tapi kita semua tahu bahwa keadilan adalah sesuatu yang bisa kita perjuangkan. Sementara di negara lain, tidak.

SILA KEDUA, terbukti masih terjaga oleh kita

3. PERSATUAN INDONESIA

Tidak perlu saya jelaskan lagi, kalau ada orang yang masih menganggap kita tidak bersatu, harus lebih sering baca koran dan TV.

Dari persatuan di IndonesiaUnite, persatuan di 1 juta facebookers dukung Bibit-Chandra, persatuan di koin prita, persatuan di koin bilqis, bangsa Indonesia telah buktikan bahwa kita bukanlah bangsa yang terpecah belah.

Kita bangsa yang lebih kuat. Lebih bersatu.

Kita semakin sadar bahwa Indonesia itu tidak seharusnya dijadikan SATU. Tapi dijadikan BERSATU.

SILA KETIGA, juga masih kita jaga utuh.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Banyak orang mengalami kesulitan dalam memahami sila ke 4 ini.

Tapi saya, justru melihat kejelasan praktek dari sila ke 4 ini, terutama di era media sosial.

Pernah dengar “Community Driven Control”?

Kurang lebihnya, adalah kontrol sosial oleh pelaku dalam satu lingkup sosial itu sendiri.

Contoh paling sederhana adalah Kaskus.

Sistem kontrol sosial di Kaskus sederhana, mereka hanya memberikan alat berupa “cendol” dan “bata”

Kaskuser sendiri yang akan melakukan kontrol sosial. Kalau sebuah thread dinilai jelek, berbau sara, kepalsuan, repost, sekedar copy-paste, maka kaskuser akan lakukan kontrol dengan memberikan bata.

Sebaliknya kalau threadnya bagus, bermanfaat, asli akan diberikan cendol.

Ini adalah contoh yg cukup ekstrim tapi bagus soal kontrol sosial oleh pelaku sosialnya sendiri.

Di twitter juga kalau kita perhatikan baik baik, berlaku hal yang sama. Kalau ada hal kurang baik tersebar, biasanya sesama pengguna twitter akan saling mengingatkan.

Inilah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan para perwakilan musyawarah pelaku sosialnya.

SILA KE EMPAT, juga masih dihidupi dalam keseharian kita

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Sudahkan keadilan sosial terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia?

Jawabannya sebenarnya belum.

Keadilan dalam hak mendapatkan pendidikan

Keadilan dalam hak akses kesehatan

Keadilan dalam kesempatan mendapatkan penghidupan.

Tapi perlu diingat, diantara rakyat Indonesia, ada banyak sekali yang aktif mengusahakan keadilan sosial itu terjadi.

Bukan oleh pemerintahnya. Oleh rakyatnya.

Yayasan seperti Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia, YCAB, YKAKI, YOAI untuk akses kesehatan, kemudian Sampoerna Foundation untuk pendidikan, Yayasan KDM untuk rehabilitasi anak anak jalanan, Satoe Indonesia untuk pemberdayaan masyarakat, Bloof For Life untuk ketersediaan darah, Coin A Chance untuk pendidikan, semuanya penuh berisikan anak anak muda yang peduli dan berusaha untuk mencapai keadilan sosial.

Pantaskah kita anggap kita gagal meraih sila ke 5?

Sebaliknya, nilai nilai sila ke 5 ada dalam hati setiap pemuda Indonesia. Nilai itu tidak hilang, tapi diperjuangkan.

SILA KE LIMA, masih dijaga oleh kita semua.

Rabu, 09 Februari 2011

Aku tetep berdiri

Saat hati tak bisa bertindak
Saat logika tak bisa merasa
Saat raga tak mampu berpikir
Saat jiwa tak mampu berteriak
Aku memilih untuk tetap berdiri

Saat keadaan membuatku bersedih
Saat aku sudah lupa rasanya tersenyum
Saat aku tak bisa bersama dengan orang yang aku cintai
Saat aku harus berpura-pura tegar
Aku memilih untuk tetap berdiri

Saat kejujuran dianggap kebohongan
Saat semua memandang sebelah mata
Saat kata-kata lebih indah dari perbuatan
Saat aku suah bisa lagi menangis
Aku memilih untuk tetap berdiri